Asal Usul manusia purba


ASAL USUL MANUSIA PURBA 

Pengertian Manusia Purba, Sejarah, Ciri, Jenis dan Kehidupan : Manusia purba disebut juga dengan Prehistoric People (Manusia Prasejarah) adalah jenis manusia yang hidup pada zaman yang belum mengenal tulisan.


  1. 1. Pengertian Manusia Purba
  2. 2. Penelitian manusia purba di Indonesia
    1. -Eugena Dobois,
    2. -G.H.R Von Koeningswald
    3. -DR. T. Jacob
  3. 3. Jenis Dan Ciri Manusia Purba Indonesia
    1. Manusia Purba Meganthropus Palaeojavanicus
    2. Manusia Purba Pithecanthropus Erectus
    3. Manusia Purba Homo Wajakensis
    4. Manusia Purba Pithecanthropus Soloensisi
    5. Manusia Purba Homo Floresiensis
  4. Kehidupan Manusia Purba
    1. Masa Kehidupan berburu / Makanan
    2. Masa Bercocok Tanam
    3. Masa Mengenal Kepercayaan
  5. Peralatan Manusia Purba
    1. Kapak Genggam
    2. Alat Serpih
    3. Kapak Persegi
    4. Kapak Lonjong
    5. Menhir
    6. Dolmen
    7. Sarkofagus
    8. Arca
    9. Bejana Perunggu
    10. Kapak Corong
  6. Manusia Purba di luar Indonesia
    1. Ardipithecus ramidus
    2. Homo antecessor
    3. Australopithecus Africanus
    4. Sinanthropus Pekinensis
    5. Meganthropus Palaeojavanicus
    6. Manusia Heidelberg
    7. Pithecanthropus Erectus
  7. Evolusi Spesies Purba

Pengertian Manusia Purba

Manusia purba sering disebut dengan manusia prasejarah atau manusia yang hidup sebelum tulisan ditemukan. Manusia purba yang paling tertua di dunia diperkirakan berumur lebih dari 4 juta tahun yang lalu. Maka dari itu, para ahli sejarah menyebutnya sebagai Prehistoric People atau manusia prasejarah.
Manusia purba banyak ditemukan diberbagai bagian dunia, tapi lebih banyak ditemukan di negara Indonesia. Fosil-fosil yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya ada yang sudah berumur jutaan tahun yang lalu.
Untuk mengetahui keberadaan kehidupan manusia purba lebih dalam. Anda bisa melihat sisa-sisa tulang manusia, hewan, dan tumbuhan, yang sudah menjadi batu atau jadi fosil. Atau bisa melewati peninggalan-peninggalan peralatan yang digunakan oleh manusia purba. Seperti, peralatan rumah tangga, senjata, bangunan, atau perhiasan.

Penelitian manusia purba di Indonesia

  • Eugena Dobois,

Eugena Dobois
Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung.
• Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)
• Fosil lain yang ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia,  Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.

G.H.R Von Koeningswald

G.H.R Von Koeningswald
Hasil penemuannya adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 – 1941 ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo. Penemuan lain tentang manusia Purba :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus).

DR. T. Jacob

DR. T. Jacob dari UGM
Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.

Jenis Dan Ciri Manusia Purba Indonesia

Di indonesia penelitian tentang manusia purba sudah lama dilakukan, yaitu sejak abad ke-18 M. Penelitian manusia purba di Indonesia dipelapori oleh Eugene Dubois, beliau adalah seorang dokter dari Belanda.
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan penemuan-penemuan fosil yang ditemukan di daerah Solo, Pacitan, Ngandong, Mojokerto, Sangiran, dan masih banyak lagi.
Setelah melakukan banyak penelitian mengenai manusia purba yang berada diberbagai daerah di Indonesia. Para Ahli kemudian membagi manusia purba di Indonesia menjadi tiga jenis. Yaitu, Meganthropus (Manusia besar), Pithecanthropus (Manusia kera yang berjalan tegak), dan Homo (Manusia yang berpikir).
Para ilmuwan sejarah di seluruh belahan dunia, sebagian besar menganut teori evolusi kera. Atau yang lebih dikenal dengan teori Australopithecus yang sudah punah sebagai ras nenek moyang manusia.
Sebenarnya teori tersebut terjadi banyak perbedaan yang sangat signifikan. Serta jauh sekali, tidak ada hubungannya antara manusia dan kera. Perbedaan tersebut tidak bisa dijelaskan oleh penganut teori Australopithecus, dengan peristiwa yang hilang atau lebih dikenal dengan sebutan missing link.

Manusia Purba Meganthropus Palaeojavanicus

Meganthropus Palaeojavanicus
Manusi purba Meganthropus Palaejavanicus adalah manusia purba yang paling besar dan tertua di Indonesia. Manusia purba ini ditemukan oleh seorang arkeolog dari Belanda yang bernama Van Koenigswald. Ia merupakan orang yang pertama kali menemukan fosil di daerah Sangiran pada tahun 1936.
Meganthropus Palaeojavani memiliki arti manusia besar tua yang berasal dari Jawa. Ini unsur-unsur namanya yang terdiri dari kata megan berarti besar, anthropus = manusia, paleo = tua, dan javanicus = berasal dari Jawa.
Diperkirakan Meganthropus Palaeojavanicus hidup sejak 1 juta sampai 2 juta tahun yang lalu. Hal tersebut dibuktikan dari fosil yang ditemukan tekniknya dengan peluruhan karbon. Maka dari itu, usia dari fosil tersebut dapat diketahui.
Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba jenis Meganthropus Palaeojavanicus :
  • Memiliki tulang pipi yang sangat tebal
  • Memiliki otot rahang yang kuat sekali
  • Tidak memiliki dagu dan memiliki hidung yang lebar
  • Memiliki tonjolan belakang yang tajam dan melintang sepanjang pelipis
  • Memiliki tulang kening menonjol dan mempunyai otot kunyah, gigi, serta rahang yang besar kuat
  • Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
  • Berbadan tegap dan volume otok 900cc
  • Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan

Manusia Purba Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus merupakan manusia purba yang fosilnya banyak ditemukan di Indonesia. Di Indonesia sendiri, ada tiga jenis manusia purba ini dan yang sudah ditemukan. Diantaranya adalah Pithecanthrophus Erectus, Pithecanthrophus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis.
Manusia purba ini diperkirakan hidup di Indonesia sejak satu sampai dua juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda yaitu Eugene Dubois.
Pada awalnya dia mengadakan penelitian di Sumatera Barat, tetapi tidak menemukan fosil disana. Kemudia dia berpindah ke pulau Jawa, ia pujn berhasil menemukan fosil Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.
Fosil yang ditemukan pada saat itu adalah berupa tulang rahang atas, tulang kaki, dan tengkorak. Fosil tersebut ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
Pithecanthrophus Erectus hidup dengan cara berburu hewan-hewan. Kemudian mereka mengumpulkan makanan dan hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat. Untuk mencari sumber bahan makanan dari satu tempat ke tempat lain.
Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba Pithecanthrophus Erectus :
  • Memiliki Volume otaknya sekitar 750 – 1350 cc.
  • Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
  • Memiliki postur tubuh yang tegap tetapi tidak setegap meganthropus.
  • Mempunyai gigi geraham yang besar dengan rahang yang sangat kuat.
  • Mempunyai hidung yang tebal.
  • Memilik tonjolan kening yang tebal dan melintang di dahi.
  • Memiliki wajah menonjol ke depan serta dahinya miring ke belakang.
  • Pada bagian belakang kepala terlihat menonjol
  • Memiliki alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat kuat.

Manusia Purba Homo Wajakensis

Homo Wajakensis
Pada tahun 1889 Fosil dari Manusia Purba Homo Wajakensisi telah ditemukan di Wilayah Wajak. Lebih lengkapnya di dekat Campur Darat, Tulungagung, Jawa Timur dan ditemukan oleh Eugene Dubois.
Hasil dari penemuan tersebut, berupa tulang paha, rahang atas dan bawah, tulang kering. Dan fragmen tengkorak yang mempunyai volume sekitar 1.600 cc. Dalam penelitian diperkirakan manusia purba jenis ini sudah dapat membuat peralatan yang terbuat dari batu dan tulang. Serta sudah mengerti caranya untuk memasak.Dibawah ini adalah ciri-ciri manusia purba Homo Wajakensis, sebagai berikut :Memiliki muka datar dan lebar
  • Memiliki hidung lebar dan bagian mulut menonjol
  • Dahinya sedikit miring dan diatas mata terdapat kerutan dahi yang nyata
  • Pipinya menonjol ke samping
  • Berat badan sekitar 30 – 150 kg
  • Tinggi badan sekitar 130 -210 cm
  • Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
  • Berdiri dan berjalan sudah tegak

Manusia Purba Pithecanthropus Soloensisi

Pithecanthropus Soloensisi
Pithecanthropus Soloensisi merupakan salah satu jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia. Fosil-fosil manusia purba ini dapat ditemukan di wilayah sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh sejarawan, yaitu Oppenort, Ter Harr, dan G.H.R. Koenigswald di wilayah Ngandong, Jawa Tengah.
Pithecantropus Soloensis adalah salah satu manusia purba khas Indonesia. Yang memiliki beberapa ciri khusus yang tidak dimiliki oleh semua manusia purba pada umumnya. Berikut ini ciri dari pithecantropus soloensis.
  • Makanannya berupa hewan buruan dan tumbuhan
  • Mempunyai gigi geraham yang besar dan rahang yang kuat
  • Bentuk hidung lebar dan tidak berdagu
  • Terdapat tonjolan pada kening tebal dan melintang di sepanjang pelipis
  • Volume otak sekitar 750-1350 cc
  • Berbadan tegap
  • Tinggi tubuh sekitar 165-180 cm.

Manusia Purba Homo Floresiensis

Homo Floresiensis
Homo Floresiensis adalah termasuk salah satu dari manusia purba yang berjenis Homo di Indonesia. Manusia purba ini ditemukan saat penggalian di Liang Bua, di Pulau Flores oleh tim arkeolog gabungan. Yang terdiri dari Pusilitbang Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity of New England.
Homo Floresiensis biasanya disebut disebut dengan manusia kerdil. Manusia purba ini diperkirakan hidup sekitar 12.000 tahun yang lalu. Pada saat ditemukan oleh tim gabungan dari Pusilitbang Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity of New England, Australia pada tahun 2003.
Kerangka dari manusia purba ini belum membatu atau belum menjadi fosil. Selain kerangka Homo Floresiensis, juga ditemukan kerangka homo sapiens dan berbagai hewan mamalia lainnya. Seperti Gajah Stegodo, Biawak, dan Tikus besar. Dan alat-alat batu seperti pisau, tulang yang terbakar, arang, beliung dan mata panah.
Seorang Ahli yang menemukan kerangka ini menyatakan dugaannya bahwa Homo Floresiensis ini hidup berdampingan. Atau hidup bersama dengan jenis spesies manusia purba Homo Sapiens, dan manusia modern lainnya. Berikut ini ciri-ciri manusia purba Homo Floresiensis :
  • Kepala dan badan memliki ukuran yang kecil
  • Ukurab bentuk otak yang sangat kecil
  • Volume otak 380 cc
  • Mempunyai rahang yang menonjol atau berdahi sempit
  • Berat badan sekitar 25 kg
  • Tinggi badan diperkirakan sekitar 1,06 m

Kehidupan Manusia Purba

Manusia purba mempunyai cara hidup yang sangat sederhana dan masih bergantung dengan alam. Berikut ini adalah beberapa paparan mengenaai corak kehidupan manusia purba :
  1. Masa Kehidupan berburu / Makanan

Dalam corak kehidupan manusia Untuk mengumpulkan makanan (food gathering) dibagi menjadi 2 bagian. Yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjut.
Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman berburu dan mengumpulkan makanan, sebagai berikut :
  • Belum mempunyai tempat tinggal
  • Hidup sendiri atau dengan kelompok kecil
  • Menggunakan senjata kapak genggam untuk berburu hewan
  • Tempat berlindung di dalam goa
  • Membuat lukisan berupa cap jari tangan dan babi rusa dalam keadaan terpanah, biasanya menggunakan warna hitam, putih, dan merah.
  • Mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian
  1. Masa Bercocok Tanam

Salah satu ahli menyatakan bahwa manusia purba lebih dahulu mengenal beternak hewan. Dibandingkan dengan mengenal bercocok tanam atau membuat ladang.
Beberapa ahli lainnya, juga menyatakan bahwa keadaan yang terjadi sebelum munculnya beternak dan bercocok tanam pada manusia purba. Adalah bermukim dan semakin bertambahnya jumlah penduduk pada zaman itu.
Bertambah besarnya anggota kelompok dalam kehidupan manusia purba menyebabkan kondisi makanan yang awalnya melimpah menjadi lebih sedikit. Dan bahkan berkurang pada daerah pemukiman manusia purba.
Karena hewan-hewan sering diburu dan masa reproduksinya cukup lambat menjadikan manusia beralih ke bercocok tanam. Jenis tanaman yang pertama kali dalam bercocok tanam, menurut Vishu Mitre adalah Jawawut (pearl millet). Dan juga sorgum, Wijen, Kurma, serta Kacang-kacangan.
Namun, juga ada pendapat lain tentang jenis makanan yang pertama kali ditanam oleh manusia purba dalam bercocok tanam. Yaitu Pohon Ara (fig tree) yang mempunyai buah banyak dan rasanya sedikit manis.
Pada sekitar tahun 10.000 SM mulai beralih ke tanaman gandum dan jenis-jenis tanaman yang tumbuh liar. Seperti buncis, kacang polong, labu botol, kentang, labu, jagung, dan lain-lain.
Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman bercocok tanam, sebagai berikut :
  • Hidupnya sudah mulai menetap pada suatu tempat dan melakukan kegiatan bercocok tanam
  • Sudah mulai memakai pakaian yang terbuat dari kulit hewan maupun kulit kayu
  • Membangun rumah atau tempat tinggal dari kayu
  • Membuat alat-alat bercocok tanam, seperti : mata panah, beliung persegi, kapak lonjong, dan perhiasan.
  1. Masa Mengenal Kepercayaan

Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir manusia-manusia purba. Mereka mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dalam dirinya. Sehingga mereka melakukan upacara atau ritual khusus, untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya memberi kekuatan.
Sistem kepercayaan yang di percaya manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan totemisme
  1. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
  2. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang mempunyai sifat gaib. Manusia purba melakukanya dengan cara menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, jimat, dan patung.
  3. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana atau tempat. Mereka membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).
Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman mengenal kepercayaan, sebagai berikut :
  • Melaksankan upacara-upara khusus, untuk bukti adanya kekuatan yang melebihi mereka.
  • Mulai terdapat bangunan-bangunan besar untuk dijadikan sebagai tempat melakukan pemujaan maupun upacara.

Peralatan Manusia Purba

Di Indonesia sampai hari ini masih sering lho ditemukan berbagai macam perkakas yang diperkirakan itulah benda yang pernah digunakan manusia purba. Berikut jenis-jenis alat dan penjelasannya:

Kapak Genggam

Kapak Genggam
Pertama adalah kapak genggam yang digunakan oleh manusia jenis Pithecanthropus untuk berburu. Struktur dan bentuknya masih sangat sederhana, ada satu bagian yang tajam yaitu hanya terdapat di satu sisi saja. Kapak ini digunakan dengan cara digenggam dan ditemukan di beberapa tempat, yaitu di Trunyan (Bali), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), dan Kalianda (Lampung).

Alat Serpih

Alat Serpih
Kedua, adalah alat serpih. Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang, dan terbentuk dari batu. Diperkirakan, alat ini merupakan serpihan-serpihan dari batu yang dibuat sebagai kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah), serta Cabbenge (Flores).

Kapak Persegi

Kapak Persegi
Ketiga adalah kapak persegi, kapak ini merupakan alat yang terbuat dari batu dan digunakan oleh manusia untuk mencangkul, memahat, dan berburu. Alat ini terbuat dari batu berbentuk segi empat yang kedua sisinya diasah halus. Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian berlubang untuk tangkai. Sementara pangkal lainnya adalah bagian yang tajam. Alat ini banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia lho, mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.

Kapak Lonjong

Kapak LonjongKeempat adalah kapak lonjong. Pangkal kapak tersebut lebar dan tajam, sedangkan ujungnya runcing dan diikatkan pada gagang. Alat ini terbuat dari batu yang telah diasah sampai halus. Kapak lonjong zaman praaksara pernah ditemukan di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Menhir

Menhir
Kelima adalah menhir yang merupakan tugu batu yang tinggi. Diperkirakan menhir digunakan sebagai tempat pemujaan oleh manusia prasejarah.

Dolmen

Dolmen
Keenam adalah dolmen yaitu meja yang terbuat dari batu, diperkirakan digunakan oleh manusia pra sejarah sebagai tempat menyimpan sesaji untuk sesembahan.

Sarkofagus

Sarkofagus
Ketujuh adalah sarkofagus yaitu peti mati yang terbuat dari batu. Pasti tahu kan ya peti mati digunakan untuk apa, RG Squad?

Arca

Arca
Arca merupakan batu yang dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup tertentu.

Bejana Perunggu

Bejana Perunggu
Kesembilan adalah bejana perunggu, bejana ini merupakan benda yang terbuat dari perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar Spanyol tanpa gagang. Alat ini hanya ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan Sumatra.

Kapak Corong

Kapak Corong
Kesepuluh, sekaligus terakhir adalah kapak corong yang terbuat dari perungu dan bentuk bagian atas mirip dengan corong. Alat ini pernah ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.


Comments

Popular posts from this blog

Politik Etis,Pers Membawa Kemajuan dan Kebangkitan Nasionalisme

Kerajaan-Kerajaan Maritim di Indonesia Pada Masa Hindu-Budha (SEJARAH PEMINATAN KLS XI IPS)

Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha