Mengintip Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara



Sebelum sampai ke era modern seperti sekarang ini, para nenek moyang kita telah melalui banyak proses dalam hidupnya. Termasuk saat dimana mereka tak mengenal apa-apa, bahkan tulisan. Masa ini, kita mengenalnya sebagai masa Praaksara. Praaksara atau Nirleka, atau prasejarah sendiri secara harafiah berarti sebelum (pra), dan tulisan (aksara). Ini adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan dan hanya mengandalkan Fosil (sisa makhluk hidup yang telah membatu) dan Artefak (sisa peralatan manusia yang telah membatu) untuk mempelajari kehidupannya.
Dimulainya masa praaksara sendiri hingga kini belum diketahui secara pasti dan belum bisa dibuktikan, namun satu hal yang pasti, masa praaksara dimulai sejak manusia purba mulai ada di muka Bumi.
Zaman Praaksara terbagi dalam dua periodisasi zaman, yakni zaman Batu dan zaman logam. Zaman batu terdiri atas empat  zaman, termasuk Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan Megalitikum. Pada zaman ini, alat perkakas manusia masih terbuat dari batu. Lain halnya dengan zaman logam, dimana peralatan pada masa itu mayoritas terbuat dari perunggu dan besi.
1. Zaman Batu
Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Pada zaman ini alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari batu yang dibuat dengan sangat kasar serta sederhana.
Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
Zaman ini berlangsung pada masa Holosen. Salah satu ciri khas kebudayaan batu tengah adalah adanya sampah-sampah dapur dari kulit kerang (kjokkenmoddinger).
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Tak seperti dua zaman sebelumnya, di zaman batu muda ini manusia telah mulai memiliki keterampilan. Ini bisa dilihat dari benda-benda perkakas yang sudah mulai diasah dan tampak halus. Kepandaian gerabah ini sudah semakin maju dan dibuat dengan teknik yang halus.
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Di masa ini, manusia sudah mulai menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar. Tujuan pembangunan bangunan besar adalah sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang. Adapun hasil-hasil kebudayaan Megalitikum meliputi menhir, Punden berundak, dolmen, kubur peti batu, sarkofagus (keranda jenasah), waruga dan arca-arca megalitik.
2. Zaman Logam
Zaman Perundagian berlangsung pada Zaman Logam, kira-kira sejak 500 SM. Disebut Zaman Logam karena mayoritas peralatan dari zaman ini terbuat dari perunggu lalu besi.
Fosil Manusia Purba
Di dalam kehidupan masyarakat praaksara, pulau Jawa menduduki tempat yang penting dalam penelitian-penelitian fosil-fosil manusia purba. Penemuan pertama fosil Pithecantropus Erectus oleh Eugene Dubois dan penemuan fosil-fosil lainnya di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo menyebabkan pulau Jawa terkenal di kalangan pakar kepurbakalaan dunia.
Diantara beberapa fosil manusia purba yang ditemukan di pulau Jawa, ada Meganthropus Paleojavanikus yang ditemukan di Sangiran oleh von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941, dan Marks pada tahun 1953. Setelah itu, ada juga Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, dan Homo Wajakensis.
Fosil Pithecanthropus ditemukan di Trinil, Perning dekat Mojokerto, Sangiran, Kedung Brubus, Sambung Macan, dan Ngandong. Fosil-fosil tersebut terdapat pada lapisan Pucangan dan Kabuh. Berarti, Pithecanthropus diperkirakan hidup di masa yang sama dengan Meganthropus, namun lebih panjang rentang tahunnya, yakni antara 2 juta hingga 30.000 tahun lalu.
Homo Soloensis, yang merupakan spesies Homo paling tua, diperkirakan hidup di Indonesia sekitar 550.000 tahun lalu. Dan ditemukan di dua tempat terpisah, tapi sama-sama di tepian Bengawan Solo, pada tahun 1931 sampai 1933. Sementara Homo Wajakensis ditemukan di Wajak, Tulungagung. Homo Wajakensis termasuk Homo yang paling muda, yakni hidup di Indonesia mulai 40.000 hingga 15.000 tahun lalu.
Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Nenek moyang bangsa Indonesia termasuk dalam rumpun Austronesia. Mereka menetap di Nusantara sehingga disebut bangsa Melayu Indonesia. Perpindahan dari Yunan ke Nusantara dilakukan dalam dua gelombang. Pada masa perpindahan gelombang kedua itulah beberapa kebudayaan yang dianggap lebih maju juga ikut mereka kembangkan di Nusantara.
Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua)
Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1500 SM. Mereka menempuh dua jalur, yakni jalur barat melalui Semenanjung Malaysia–Sumatera dan jalur timur melalui Filipina–Sulawesi. Bangsa dari rumpun Austronesia ini memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan manusia purba yang telah lebih dulu ada di Indonesia. Kebudayaan mereka dikenal sebagai kebudayaan neolitikum yang mampu membuar peralatan dari batu yang sudah dihaluskan.
Hasil kebudayaan neolithikum antara lain berupa kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi banyak ditemukan di wilayah barat Indonesia, meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Kapak lonjong ditemukan di wilayah timur Indonesia, meliputi sebagian Sulawesi. Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. menjadi nenek moyang penduduk Maluku dan NTT sekarang ini.
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) memasuki wilayah Indonesia dalam kurun waktu 500 SM hingga 300 SM. Seperti pendahulunya, Proto Melayu, termasuk rumpun Austronesia. Mereka masuk ke wilayah Indonesia melalui jalur Barat, mulai dari teluk Tonkin, menyusuri daratan Semenanjung Malaysia, lalu menyeberang Selat Malaka ke Sumatera. Dari pulau ini ada yang meneruskan ke Jawa. Kemudian dari Jawa, ada yang menyebar ke bagian selatan dan timur Kalimantan lalu ke Sulawesi; ada pula yang menyebar ke Bali dan Nusa Tenggara.
Kehidupan Sosial Ekonomi Masa Praaksara
Secara garis besar, kehidupan sosial ekonomi pada masa praaksara dibedakan menjadi dua, yaitu Food Gathering (masa berburu dan meramu) dan Food producing (masa bercocok tanam). Hal ini ditandai dengan ditemukannya bukti-bukti seperti Kjokkenmoddinger (tumpukan sampah makanan berupa kulit kerang dan tulang belulang yang telah membatu) dan Abris Shous Roches (Gua-gua karang sebagai tempat tinggal manusia purba).
No
Masa
Keadaan Lingkungan
Keberadaan manusia
Tingkat teknologi
Kehidupan Sos – Bud
1
Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Hidup berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak, mereka selalu berpindah2mencari daerah baru.
Meganthropus, phite canthropus erectus, homo.
Mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaanya.
Menggantu-ngkan kehidupann-ya pada kondisi alam.
2
Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Hewan yg semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas.
Ada dua ras yang mendiami Indonesia, yakni Austromelanes-oid dan Mongoloid.
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat2 yakni tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
Mendiami gua – gua payung yang dekat dengan sumber air sebagai sumber makanan.
3
Bercocok tanam
Masyarakat menetap di suatu tempat dan mereka mampu mengolah alam.
Mendapat pengaruh besar dari ras mongoloid.
Masyarakat mahir mengasah alat dari batu.
Masyarakat mulai bergotong royong untuk mendirikan rumah dan membersihk-an saluran air.
4
Perundagian
Masyarakat menghasilkan bahan makanan sendiri.
Sudah mulai aktivitas perdagangan.
Teknologi pada masa ini beraneka ragam, yaitu teknologi peleburan, percampuran, penempaan, dan pencetakan.
Kehidupan pada masa ini penuh rasa setia kawan. Seni ukir dan seni hias diterapkan pada benda – bemda mengalitik mengalami kemajuan pesat.


Comments

Popular posts from this blog

Politik Etis,Pers Membawa Kemajuan dan Kebangkitan Nasionalisme

Kerajaan-Kerajaan Maritim di Indonesia Pada Masa Hindu-Budha (SEJARAH PEMINATAN KLS XI IPS)

Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha