JARINGAN KEILMUAN DI NUSANTARA
JARINGAN KEILMUAN DI NUSANTARA
Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan
Islam sangat berpengaruh dalam proses islamisasi di Indonesia, yaitu sebagai
suatu wadah yang dapat mempermudah penyebaran Islam di Indonesia. Ketika
kekuasaan politik Islam semakin kokoh dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam,
pendidikan semakin memperoleh perhatian, karena kekuatan politik digabungkan
dengan semangat para mubaligh untuk mengajarkan Islam merupakan penunjang yang
mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia. Berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Minangkabau,
Palembang, Demak, Cirebon, Banten, Pajang, Mataram, Gowa-Tallo, Bone, Ternate,
Tidore, Banjar, dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap perkembangan Islam
selanjutnya.
Perkembangan lembaga
pendidikan dan pengajaran di masjid-masjid kesultanan ditentukan oleh dukungan
penguasa. Sultan bukan saja mendanai kegiatan-kegiatan masjid, tetapi juga
mendatangkan para ulama, terutama Timur Tengah, maupun dari kalangan ulama
pribumi. Para ulama yang kemudian juga difungsikan sebagai pejabat-pejabat
negara, bukan saja memberikan pengajaran agama Islam di masjid-masjid negara,
tetapi juga di istana sultan. Para sultan dan pejabat tinggi rupanya juga
menimba ilmu dari para ulama. Seperti halnya yang terjadi di Kerajaan Islam
Samudera Pasai dan Kerajaan Malaka.
Ketika Kerajaan Samudera
Pasai mengalami kemunduran dalam bidang politik, tradisi keilmuannya tetap
berlanjut. Pasai pada abad ke-14 M sudah merupakan pusat studi Islam di Asia
Tenggara dan menjadi tempat berkumpul ulama-ulama dari negara-negara lslam.
Samudera Pasai terus berfungsi sebagai pusat studi Islam di Nusantara pada
waktu itu pendidikan juga tentu mendapat tempat/ perhatian tersendiri. Ketika
Kerajaan Malaka telah masuk Islam, pusat studi keislaman tidak lagi hanya
dipegang oleh Samudera Pasai. Malaka kemudian juga berkembang sebagai pusat
studi Islam di Asia Tenggara, bahkan mungkin dapat dikatakan berhasil
menyainginya.
Malaka menjadi pusat
perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan
dimasa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1459-1477). Kebesaran Malaka ini
berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Kerajaan Malaka dengan giat
melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam. Proses pendidikan dan pengakaran
itu sebagian berlangsung di kerajaan. Perpustakaan sudah tersedia di istana dan
difungsikan sebagai pusat penyalinan kitab-kitab dan penerjemahannya dari
bahasa Arab ke bahasa Melayu. Karena perhatian kerajaan yang tinggi terhadap
pendidikan Islam, banyak ulama dari mancanegara yang datang ke Malaka, seperti
dari Afghanistan, Malabar, Hindustan, dan terutama dari Arab.
Banyaknya para ulama besar dari berbagai negara yang mengajar di Malaka telah
menarik para penuntut ilmu dari berbagai kerajaan Islam di Asia Tenggara untuk
datang. Dari Jawa misalnya, Sunan Bonang dan Sunan Giri pernah menuntut ilmu ke
Malaka dan setelah menyelesaikan pendidikannya mereka kembali ke Jawa dan
mendirikan lembaga pendidikan Islam di tempat masing-masing.
Hubungan antar kerajaan
Islam Samudera Pasai, Malaka, dan Aceh Darussalam, sangat bermakna dalam bidang
budaya dan keagamaan. Ketiganya tersohor dengan sebutan Serambi Mekkah dan
menjadi pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia. Untuk
mengintensifkan proses Islamisasi, para ulama telah mengarang, menyadur, dan
menerjemahkan karya-karya keilmuan Islam.
1. Sultan Iskandar Muda adalah raja yang sangat memperhatikan
pengembangan pendidikan dan pengajaran agama Islam. Ia mendirikan Masjid Raya
Baiturrahman, dan memanggil Hamzah al Fanzuri dan Syamsuddin as Sumatrani
sebagai penasihat. Syekh Yusuf al Makassari ulama dari Kesultanan Goa di
Sulawesi Selatan pernah menuntut ilmu di Aceh Darussalam sebelum melanjutkan ke
Mekkah.
2. Melalui pengajaran Abdur Rauf as Singkili telah muncul ulama
Minangkabau Syekh Burhanuddin Ulakan yang terkenal sebagai pelopor pendidikan
Islam di Minangkabau dan Syekh Abdul Muhyi al Garuti yang berjasa menyebarkan
pendidikan Islam di Jawa Barat.
3. Karya-karya susastra dan keagamaan dengan segera berkembang di
kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan-kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya
idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal itu menjadi pendorong terjadinya
interaksi budaya yang makin erat.
Di Kesultanan Banten,
fungsi istana sebagai lembaga pendidikan juga sangat menonjol. Pada abad ke-17,
Banten menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam di pulau Jawa. Hal ini ditandai
dengan adanya para ulama dari berbagai negara menjadikan Banten sebagai tempat
untuk belajar agama Islam. Martin van Bruinessen menyatakan, “Pendidikan agama
cukup menonjol ketika Belanda datang untuk pertama kalinya pada 1596 dan
menyaksikan bahwa orang-orang Banten memiliki guru-guru yang berasal dari
Mekkah”.
Di Kesultanan Palembang,
keraton difungsikan sebagai pusat sastra dan ilmu agama. Banyak Sultan
Palembang yang mendorong perkembangan intelektual keagamaan, seperti Sultan
Ahmad Najamuddin I (1757-1774) dan Sultan Muhammad Baha’uddin (1774-1804).
Banyak ilmuwan asal Palembang yang produktif melahirkan karya-karya ilmiah
keagamaan: ilmu tauhid, ilmu kalam, tasawuf, tarekat, tarikh, dan al- Qur’an.
Perhatian sultan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam tercermin pada
keberadaan perpustakaan keraton yang memiliki koleksi yang cukup lengkap dan
rapi.
Dua hal yang mempercepat
proses pendidikan dan pengajaran Islam yaitu penggunaan aksara Arab dan bahasa
Melayu sebagai bahasa pemersatu (lingua franca). Semua ilmu yang diberikan di
lembaga pendidikan Islam di Nusantara ditulis dalam aksara Arab, baik dalam
bahasa Arab maupun dalam bahasa Melayu atau Jawa. Aksara Arab itu disebut
dengan banyak sebutan, seperti huruf Jawi (di Melayu) dan huruf pegon (di
Jawa). Luasnya penguasaan aksara Arab ke Nusantara telah membuat para
pengunjung asal Eropa ke Asia Tenggara terpukau oleh tingginya tingkat
kemampuan baca tulis yang mereka jumpai.
Berkembangnya pendidikan
Islam di istana-istana raja seolah menjadi pendorong munculnya pendidikan dan
pengajaran di masyarakat. Setelah terbentuknya berbagai ulama hasil didikan
dari istana-istana, maka murid-muridnya melakukan pendidikan ke tingkatan yang
lebih luas, dengan dilangsungkannya pendidikan di rumah-rumah ulama untuk
masyarakat umum, khususnya sebagai tempat pendidikan dasar, layaknya kuttâb di
wilayah Arab. Sebagaimana kuttâb (lembaga pendidikan dasar di Arab sejak masa
Rasulullah) yang biasa mengambil tempat di rumah-rumah ulama, di Nusantara
pendidikan dasar berlangsung di rumah-rumah guru. Pelajaran yang diberikan
terutama membaca al-Qur’an, menghafal ayat-ayat pendek, dan belajar bacaan
salat lima waktu. Dan ini diperkirakan sama tuanya dengan kehadiran Islam di
wilayah ini.
Di Nusantara,
masjid-masjid dikelola secara swadaya oleh masyarakat menjalankan fungsi
pendidikan dan pengajaran untuk masyarakat umum. Demikian juga yang terjadi di
Malaka dan kemudian Johor, Aceh Darussalam, Minangkabau, Palembang, Demak,
Cirebon, Banten, Pajang, Mataram, Gowa-Tallo, Bone, Ternate, Tidore, Banjar,
Papua dan lain sebagainya. Di masjid proses pendidikan dan pengajaran mengalami
perkembangan. Tidak jarang di antaranya berkembang menjadi sebuah lembaga
pendidikan yang cukup kompleks, seperti meunasah di Aceh, surau di Minangkabau,
langgar di Kalimantan dan pesantren di Jawa.
Jasmine Amalia X IPA 2
ReplyDeleteadelya nilam qonita
ReplyDeletex ipa 1
Aisyah Oktania Dewi (X ipa 3)
ReplyDeleteAudi Aulia Shafira
ReplyDeletex ipa 4
Revana Trisyani Virdayanti( X IPA 4)
ReplyDeleteNur indah rahmadina x ipa 1
ReplyDeleteFikha aperlawta zein
ReplyDeleteX ipa 1
Terimakasih pak, blog nya bermanfaat untuk saya.
Ririen Kezia X IPA 2.
ReplyDeleteterimakasih atas materinya pak.
Muhammad Jalilur Rohman X IPA 2
ReplyDeleteAULIYA IKA NURANIYATI
ReplyDeleteX IPA 3
Terimakasih pak materi yang bapak berikan mudah difahami
ReplyDeleteAhmad Fauzi X IPA 1
Egy Natasya
ReplyDeleteX IPA 4
Ageung Pinaka Ratu ( X IPA 3 )
ReplyDeleteMutiara Rizky Ramadhani
ReplyDeleteX IPA 2
Callista Adara X IPA 3
ReplyDeleteterimakasih pak atas materinya
Cinta aufannia purnomo X IPA 2
ReplyDeleteLadiva Azzahra Meilindro
ReplyDeleteX IPA e
X IPA 3
DeleteGusti agni hayyuning pembayun x ipa 1
ReplyDeleteterimakasih pak, blog nya sangat bermanfaat 🙏
ReplyDeletenazala ayu x ipa 1
ayundary sherly x ipa 1
ReplyDeleteterimakasih pak, blog nya sangat bermanfaat
rahma aqila x ipa 4
ReplyDeleteterimakasih pa untuk materinya
Syakila Putri Wijaya
ReplyDeleteX IPA 2
Arsya Arizka Sabila X IPA 3
ReplyDeleteterimakasih pak, sangat bermanfaat,mudah dipahami 🙏
ReplyDeletealqadrina oksty x ipa 1
Rayssa Tiara Aryantari x ipa 3
ReplyDeleteRaihan Jadid Facha
ReplyDeleteX IPA 3
Terimakasih pak atas materinya
Alya jauza syabana x ipa 4
ReplyDeleteTerimakasih pa, untuk materi minggu ini
Muhammad Raafi X IPA 1
ReplyDeleteTerimakasih pak, materi yg disampaikan mudah dipahami.
Edisti Regita Faradia
ReplyDeleteX IPA 3
FITRA NAUFAL EKA BAYU WARDHANA
ReplyDeleteX.IPA-4
Terima kasih pak untuk materi nya
anandita
ReplyDeletex ipa 1
terimakasih atas materinya pak
IFADH FAUZI X.IPA.3
ReplyDeletePembelajaran yg baik dan juga mudah di mengerti
Amara Nada Anisa X IPA 3
ReplyDeleteTerimakasih pak atas materinya, sngt bermanfaat dan mudah dipahami oleh saya
Annisa Salsabila Permatasari
ReplyDeleteX IPA 3
terimakasih ya pak atas materi blog nya
Najabatul salma x ipa 1
ReplyDeleteTerima kasih pak atas materi nya
Revina putri
ReplyDeleteX IPA 2
Chyntia Putri Julianty X IPA 3
ReplyDeleteterimakasih pak atas materinya
Raihanah Haritsah (X IPA 4)
ReplyDeleteterima kasih pak atas materinya, sangat mudah dipahami 🙏🏻
Dina azzahra x ipa3
ReplyDeleteMuhammad Rizki Nur Alfiyan
ReplyDeleteX IPA 3
Maksih pak untuk materinya
Shabrina Ghaisani Putri
ReplyDeleteX IPA 2
Terima kasih pak atas materi yang diberikan hari ini
Muhammad Zidane Aditya X IPA 2
ReplyDeleteTerimakasih pak blognya sangat bermanfaat
Yasmin Ainun Hafizah
ReplyDeleteX IPA 3
Terimakasih atas materiny semoga bermanfaat.
Hamid Gustian X IPA 1
ReplyDeleteTerimakasih pak atas materinya
Muhammad Rafi Novantino
ReplyDeleteX IPA2
TERIMAKASIH PAK ATAS MATERINYA
Kaka Zulfikar X IPA 1
ReplyDeleteTerimakasih pak atas materinya
dwiky satryo X IPA 2
ReplyDeletesaya suka pelajaran sejarah
Dari blog yang Saya baca, saya dapat mudah menyimpulkan materi yang di sampaikan berupa :
ReplyDelete- Berkembangnya pendidikan Islam di istana-istana raja seolah menjadi pendorong munculnya pendidikan dan pengajaran di masyarakat
- Faktor terbentuknya jaringan keilmuan di nusantara terkait oleh istana sebagai pusat kekuasaan dan pendidikan, berkembangnya pendidikan Islam di istana-istana raja menjadi pendorong munculnya pendidikan dan pengajaran di masyarakat nusantara.
- Perkembangan lembaga pendidikan dan pengajaran di masjid-masjid kesultanan sangat ditentukan oleh dukungan penguasa, Para ulama berfungsi sebagai pemberi pengajaran Dan materi di masjid-masjid negara di istana sultan
M. Rizky Nz.
X IPA 1
Terimakasih untuk materi hari ini.
arsyi ayu salsabila x ipa 1 assalamualaikum pa saya izin bertanya apakah lembaga pendidikan islam semacam pesantren itu mulai ada saat perkembangan pendidikan di nusantara ini atau mungkin sudah ada sebelum islam masuk ke nusantara?.... terima kasih pa sebelumnya
ReplyDeleteSalwa Widya Hanifah ( X IPA 4 )
ReplyDeleteterima kasih pak, materinya mudah dipahami
gessta rafa salsabil
ReplyDeletex IPA 3
materinya mudah dipahami
Isma khairulia X IPA 2
ReplyDeleteRaihan hilmi
ReplyDeleteX IPA 2
materi yg diberikan sangat bagus,ringkas dan mudah dipahami oleh pembaca
Valentino Darmawan
ReplyDeleteX IPA 4
Terima kasih atas materi yang sudah bapak berikan
Alisa Ani x ipa 4
ReplyDeleteTerimakasih pak, penjelasan blognya mudah dipahami.
Dwi Intan Cahyani X Ipa 3
ReplyDeleteTerimakasih atas materinya pa
Dwi Luthfiyana x ipa 4
ReplyDeleteTerimakasih pak atas materinya.
Ananda syarifah ramadhani x ipa 4
ReplyDeleteTerima kasih pak blog nya sangat bermanfaat
assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu
ReplyDeletesaya qobhar akmal kelas XIPA4
dari bacaan di atas kerajaan kerajaan di indonesia banyak sekali yang sangat antusias dengan kedatangan agama islam, dari mulanya hanya berdagang hingga didukung oleh sultan dan dibiayainya untuk membangun fasilitas ilmu, bahkan di datangkan para ulama dari arab, afganistan, malabar. seantusiasnya dan pribumi sangatlah menerima kedatangan islam. hingga banyak budaya yang bercampur budaya indonesia dengan islam. pertanyaannya pak. ilmu apa saja sih yang di pelajari di fasilitas keilmuan tersebut? adakah pelajaran yang membahas di luar ilmu tauhid, ilmu kalam, tasawuf, tarekat, tarikh, dan al- Qur’an.? sekian dari saya pak. wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Amelia Rahma Syahputri
ReplyDeleteX IPA 2
Terima kasih pak atas materi yang diberikan hari ini